Gracia4Christ's Blog

Just another WordPress.com weblog

MENGENAL DIRI DAN MENERIMA DIRI (Roma 12:3) Oleh Pdt. Yarman Halawa, D.Min May 25, 2010

Bila kita perhatikan struktur Roma 12; maka, kita dapat menemukan 3 bagian yang merupakan pokok pembicaraan rasul Paulus:

1. hubungan orang kristen dengan Tuhan (1-2)

2. hubungan orang kristen dengan/didalam gereja (3-13)

3. hubungan orang kristen dengan orang/dunia luar (14-21)

Ayat 3 Paulus menegaskan bahwa hubungan orang kristen dengan/didalam gereja harus didasarkan kepada pemahaman mengenai nilai diri/citra diri yang benar: Pertama, orang kristen harus menilai dirinya sendiri berdasarkan terang pembaharuan pikiran rohaniah sehingga terhindar dari sikap yang salah mengevaluasi atau menilai diri sendiri dan orang lain berdasarkan hal2 yang bersifat lahiriah. Kedua, orang kristen didalam gereja memiliki karunia2 rohani yang berbeda2 (cf. 4-13) dan tidak ada seorangpun yang memiliki semua karunia sekaligus dan karena itu setiap orang didalamnya harus menilai dan mengevaluasi dirinya berdasarkan kontribusinya bagi gereja melalui karunia yang ia miliki dan bukan justru mengevaluasi atau menilai dirinya berdasarkan kontribusi dari karunia/talenta orang lain.

Dan untuk dapat memiliki nilai diri yang benar maka terlebih dahulu harus ada pembaharuan dalam berpikir. Pada ayat sebelumnya (ayat 2): terj. LAIBerubahlah oleh pembaharuan budi’ – teks asli yang diterjemahkan KJV/NKJV: ‘renewal of your mind’ artinya berubahlah dalam pembaharuan pikiran. Apa artinya pembaharuan pikiran? Pembaharuan pikiran berarti perubahan dalam pola2/konsep2 berpikir yang lama, dari cara berpikir manusia lama, dari pola pikir kuno yang bersifat duniawi  yang justru menghalangi pembaharuan pikiran yang sesuai dengan iman dan ajaran kitab Suci. Dalam bentuk kalimat teks aslinya, pembaharuan pikiran ini merupakan sebuah proses yang terus-menerus yang harus kita lakukan untuk membersihkan cara berpikir kita dari pengaruh cara2 berpikir duniawi sehingga kehidupan percaya kita tidak salah arah dan makin hari makin murni seturut kehendak Allah.

Pembaharuan pikiran akan menghasilkan 2 akibat positif yang membangun:

1.Mengenal Diri Dengan Benar (3a)

Paulus katakan, “Janganlah kamu memikirkan hal2 yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa…” Orang percaya yang benar2 telah mengalami pembaharuan pikiran yang benar mengenai dirinya akan mampu mengenal diri dengan benar. Pertama-tama, ia sadar sesadar2nya bahwa ia adalah orang berdosa (Roma 3:23). Ia sadar bahwa citra diri/nilai diri sebagai imago Dei sudah rusak akibat dosa. Ia sadar bahwa ia berada dalam posisi  Total Inability dan tidak mungkin dapat memenuhi tuntutan Tuhan untuk hidup seperti yang Tuhan kehendaki.  Ia sadar bahwa dirinya dihadapan Tuhan tidaklah lebih baik dari orang lain. Selanjutnya,  seorang yang mengenal dirinya sendiri akan sungguh menyadari bahwa ia adalah penerima anugerah (Efesus 2:10 – ‘buatan Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus…’). Bila hidupnya sekarang bisa punya  nilai, punya makna, punya harga itu adalah oleh karena Kristus telah menebus dirinya dari kebinasaan kepada kehidupan dan pengharapan kekal kepada Allah, oleh karena Kristus telah memulihkan citra diri ilahi/ imago Dei yang telah rusak itu kembali didalam dirinya.

Kesadaran bahwa kita adalah orang berdosa dan penerima anugerah akan selalu memampukan kita  untuk tidak sembarangan/sembrono dalam menilai diri kita sendiri dan orang lain karena kita telah mengenal diri kita sendiri dengan baik. Inilah yang dimaksudkan Paulus ketika berkata, ‘hendaklah kamu berpikir begitu rupa.’  Q: Sudahkah kita benar2 telah mengenal diri kita sendiri dengan baik dan benar?

Dalam ayat ini kita dapat menemukan salah satu hal yang dapat membuat kita salah menilai diri kita, yakni menganggap diri kita lebih tinggi dari orang lain berdasarkan hal2 yang bersifat lahiriahContoh2:  faktor latarbelakang/lahiriah  cf. warna kulit, sikap terhadap latarbelakang etnis Barack Obama, usia (saya lebih tua, banyak makan asam garam, situ masih hijau…), status sosial (sini kaya pergaulannya elit tetapi situ ku-mis), pendidikan, kesenjangan penghasilan dalam rumahtangga (meskipun situ suami tetapi saya lebih baik), seminari, dll.

Orang yang telah mengalami atau sedang dalam proses pembaharuan pikiran dengan benar akan mampu memiliki cara pandang yang benar tentang nilai dirinya. Contoh: Paulus dalam Filipi 3:7-8 setelah mengalami pembaharuan pikiran dari yang dulu begitu duniawi dan lahiriah akhirnya sadar dan berkata, “apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.  Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” Karena itu citra diri kita harus dibangun bukan pada hal2 yang bersifat lahirah/duniawi tetapi kepada pengenalan akan Kristus yang mengubah hidup makin serupa dengan Dia.

!: Kita pasti akan menjadi orang yang berbahagia dan diberkati Tuhan apabila kita  terus membangun nilai diri berdasarkan pengenalan kita kepada Kristus.

2. Menerima Diri Dengan Benar (3b)

Selanjutnya Paulus katakan, “…sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing2.”  Atau dengan kata lain bahwa pembaharuan pikiran yang benar juga akan memampukan kita untuk menerima diri kita ‘menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah.’

Apa artinya ‘menurut ukuran iman’ dalam konteks pasal 12 ini? Saya sangat sependapat dengan James Montgomery Boice memberi 3 pengertian berdasarkan konteks Roma 12 ini:

1. keyakinan / kepercayaan kita kepada Allah

2. derajat pengetahuan kita tentang Allah

3. karunia rohani yang Tuhan berikan

Jadi, bila kita menerima diri kita menurut ukuran iman maka kita akan menjadi orang yang menerima diri apa adanya bagi Tuhan. Kita mampu menjadi diri kita sendiri tanpa kuatir dengan perbedaan2 yang bersifat lahiriah dengan orang lain.  Kita menghargai diri kita sebagai pemberian Allah yang indah bagaimanapun si-kon kita.  Kita tidak menjadi orang yang minder ketika kita tidak memiliki kelebihan2 yang dimiliki orang lain atau menjadi iri karenanya sehingga kitapun menghalalkan segala cara agar bisa sama seperti mereka. Ilustrasi: iklan Indian’s Peugeot…

Didalam gereja berkaitan dengan peran kita masing2 didalam tubuh Kristus: setiap kita memberi kontribusi bagi pekerjaan Tuhan sesuai karunia/talenta yang Tuhan berikan kepada kita. Kita harus belajar menghargai dan mengakui kenyataan bahwa Tuhan memberi kita anugerah sesuai dengan ukuran iman kita, apa adanya kita. Kita belajar mensyukuri dan puas dengan anugerah Tuhan bagi gereja kita. Ilustrasi: kodok ingin menjadi lembu akhirnya…. Meledak!

Didalam pelayanan kita belajar memahami apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan sebagai terobosan yang merupakan keunikan pelayanan kita sehingga dalam upaya belajar untuk melakukan yang terbaik kita mampu menjaga diri kita agar tidak terperangkap dalam konsep2 yang menawarkan jalan2 pintas bagi sebuah kemajuan yang sebenarnya hanya menempatkan kita sebagai pengekor atau peniru dari apa yang dihasilkan oleh orang lain.

Dalam keluarga: lakukan terobosan dalam terang FT. Apa yang FT perintahkan berkaitan dengan kehidupan RT dan keluarga kita aplikasikan. Itu yang akan memberkati dan menjauhkan pergumulan2 yang tidak perlu terjadi dalam RT kita.

Dalam bisnis/pekerjaan juga demikian. Kita menilai kemampuan kita bukan lagi sekedar pada hasilnya tetapi juga pada setiap proses didalam melakukan bisnis dan pekerjaan kita. Orang tidak dapat menerima diri akhirnya menghalalkan segala cara. Bisnis dan pekerjaan dengan cara2 yang bertentangan dengan nilai Kitab Suci. Mungkin bisa sukses, berhasil, untung besar tetapi apa gunanya bila untuk meraihnya harus mengorbankan nilai2 Kitab Suci?!

Jadi kita melihat bahwa menerima diri apa adanya adalah bukti bahwa kita telah atau sedang mengalami pembaharuan pikiran didalam kebenaran.

Kesimpulan

Bila kita memiliki penilaian dan pengenalan diri yang tepat dan benar didalam terang pembaharuan pikiran kebenaran maka kita akan dapat terus-menerus memuliakan Allah. Karena itu, mari dengan pertolongan Allah didalam Roh Kudus-Nya terus berjuang untuk membentuk citra diri kita berdasarkan uraian kebenaran FT ini.  Amin!